MAKALAH
ILMU
REPRODUKSI TERNAK
METODE
PENGUKURAN FOETUS PADA
BERBAGAI HEWAN TERNAK
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
10
1.
NANIK TRIYATI SAIMINA D1E011247
2.
BAYU RESPATI N D1E011058
3.
INDAH LISTIANTI D1E011236
4.
SENA NURENTA D1E011213
5.
PUJO NUGROHO D1E011216
6.
KHOIRUL ZAKARIA D1E011245
7.
ADITYA ERYA M D1E011226
LABORATORIUM
FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmu reproduksi ternak yang bertopik “Metode Pengukuran Umur Foetus Pada Berbagai Hewan
Ternak”
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi praktikum ilmu reproduksi, dan tersusunnya makalah ini berkat bimbingan, petunjuk, dan nasihat dari asisten yang telah mengajari penulis tentang hal
yang berkaitan dengan Metode Pengukuran Umur Foetus.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga paper ini
dapat bermanfaat.
Purwokerto, 28 Desember 2012
penyusun
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pertumbuhan
dan perkembangan individu baru selama kebuntingan merupakan hasil dari perbanyakan
jumlah sel, pertumbuhan, perubahan susunan serta fungsi sel. Peristiwa tadi
mempengaruhi perubahan-perubahan tertentu, beberapa di antaranya merupakan ciri
dari tahap perkembangannya. Meskipun perkembangan anak dalam kandungan berlangsung
terus menerus, namun kebuntingan
kadang-kadang dinyatakan terdiri dari 3 tahap yaitu periode ovum, periode
embrio dan periode fetus.
Embrio dan foetus berkembang mengikuti suatu pola
tertentu. Pada awalnya, jumlah sel meningkat diikuti oleh diferensiasi dan
perkembangan berbagai system organ. Pada berbagai ternak memiliki perkiraan
umur yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian diatas, sebagai mahasiswa pternakan
sangat perlu dilakukan untuk memahami metode pengukuran umur foetus dan
sebagainya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai foetus, fase foetus dan
metode pengukuran umur foetus.
1.2
Perumusan Masalah
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Bagaimana
tahap pertumbuhan foetus?
2. Bagaimana
cara menentukan umur foetus
pada berbagai hewan ternak?
3. Metode
apa yang digunakan untuk menentukan umur foetus?
II. PEMBAHASAN
Kebuntingan
berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan
betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi), dimulai
dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup
fertilisasi, atau persatuan antara ovum dan sperma; nidasi atau implantasi,
atau perkembangan membran fetus; dan berlanjut ke pertumbuhan fetus (Frandson,
1992).
Menurut Roberts (1956) yang dimaksud periode
ovum adalah periode yang dimulai dari fertilisasi sampai implantasi, sedang
periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya pembentukan
alat-alat tubuh bagian dalam. Periode ini disambung oleh periode fetus. Jadi
periode fetus adalah periode yang terakhir; dimulai dari terbentuknya alat-alat
tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, sampai lahir. Menurut Hafez
(1974), pembagian ini agak sedikit berlainan. Yang dimaksud periode ovum adalah
ovum yang diovulasikan sampai terjadinya fertilisasi. Dari sejak fertilisasi,
implantasi sampai terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam disebut periode
embrio; selanjutnya periode fetus. Seluruh penghidupan makhluk baru dalam
uterus disebut periode embrio (Partodihardjo, 1982).
Menurut
Salisbury (1985), perbedaan bentuk dan perubahan-perubahan yang terjadi pada
anak sapi dalam kandungan pada
periode foetus sampai lahir dijelaskan dalam tabel
sebagai berikut:
Fetus
(46-280 hari)
|
46-54
|
Bila diperbandingkan
ukuran hati mengecil, bagian-bagian lain memanjang
|
60
|
Kelopak mata menutup
|
|
70
|
Pengerasan
tulang-tulang
|
|
90
|
Timbul kelenjar
rambut-rambut
|
|
100
|
Celah tanduk nampak
|
|
110
|
Mulai tumbuh gigi
|
|
150
|
Tumbuh rambut sekitar
mata dan hidung
|
|
180
|
Pengerasan tulang
menyeluruh
|
|
230
|
Tumbuh rambut sekujur
tubuh
|
|
280
|
Lahir
|
Faktor-faktor
foetal adalah suatu hubungan terbalik antara lama kebuntingan dan besar
“litter” banyak dilaporkan pada beberapa spesies kecuali pada babi. Fetus yang
banyak pada jenis hewan monotokus juga mempunyai masa kebuntingan yang lebih
singkat. Anak sapi kembar berada dalam kandungan 3-6 hari kurang dari anak sapi
tunggal. Faktor lingkungan, perpanjangan masa kebuntingan pada kuda sesudah perkawinan di musim dingin
dinyatakan disebabkan oleh penundaan implantasi. Akan tetapi, perbedaan musim
tidak mempengaruhi masa kebuntingan pada sapi perah.
Kelenjar
hormon yang terlibat dalam fase kebuntingan: corpus luteum, plasenta, folikel,
hipotalamus dan hipofisa. Kelenjar endokrin yang lain, misalnya thyroid,
adrenal dan sebagainya merupakan kelenjar endokrin yang menunjang ke lima
kelenjar endokrin yang disebutkan terlebih dahulu. Dari ke lima kelenjar
endokrin yang disebut ini, kelenjar hipotalamus dan kelenjar hipofisa merupakan
kelenjar pengatur, sedang yang memegang peran utama adalah korpus luteum
sebagai penghasil progesteron, plasenta sebagai penghasil progesteron dan
estrogen dan folikel sebagai penghasil estrogen. Peranan folikel sebagai
penghasil estrogen pada waktu hewan betina dalam keadaan bunting hanya jelas
pada kuda, sedangkan pada spesies lain folikel tidak tumbuh atau hanya
sekali-kali dijumpai pada sapi (Partodihardjo, 1982).
Plasenta adalah suatu tenunan yang tumbuh dari embrio dan induknya,dan
terjadi saat proses pertumbuhaan embrio yang diperlukan untuk menyalurkan zat
makanan dari induk kepada anak,sisa makanan akan dikeluarkan ke induk. Amnion
adalah selaput yang menylubungi fetus bagian paling dalam, chorion
adalah selaput yang menyelubungi fetus bagian paling luar, alllantois adalah
selaput antaraamnion dan chorion. Amnion berfungsi sebagai pelindung
embrio/fetus menjadi kering, mencegah perlekatan embrio atau foetus terhadap
selaput lain, dan sarana pengangkut zat makanan dan oksigen ke foetus. Alantois
berfungsi sebagai kantung air kencing ekstra emrional dan sarana penampung sisa
hasil metabolisme. Bentuk plasenta induk adalah endometrium uterus yang dikenal
dengan Korunkula, dan bagian plasenta foetus adalah chorioallantois dikenal
dengan kotiledon. (Sumaryadi, 2003)
Fetus
tumbuh di bagian uterus. Nalbandov (1975), menyatakan bahwa uterus biasanya
memiliki dua buah tanduk dan sebuah tubuh. Seluruh organ tersebut melekat pada
dinding pinggul dan dinding perut dengan perantaraan ligamen uterus yang lebar
(ligamentum lata uteri). Melalui ligamen inilah uterus menerima suplai darah
dan saraf. Lapisan luar ligamentum lata uteri membentuk ligamen uterus yang
melingkar (ligamentum teres uteri). Menurut Frandson tahun 1992, uterus ternak
yang tergolong mamalia terdiri dari
corpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua. Proporsi relatif
dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, seperti juga halnya
bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Corpus (badan) uterus ukurannya
paling besar daripada kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi
serta anjing, kecil saja. secara superfisial, pada uterus sapi tampak relatif
lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal
dan tanduk tergabung dengan ligamen interkornual. (Toelihere, 1981)
Hereditas. Ukuran foetus secara genetic ditentukan
oleh komplemen gene-nya sendiri, komplemen gene induk dan kompetisi
intrauterine dengan foetus lain. Kontribusi genetic maternal dalam variabilitas
ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal ; pada kenyataannya,
telah diperkirakan bahwa 50-75 % variabilitas dalam berat lahir ditentukan oleh
factor-faktor maternal.
Fase foetus ditentukan
mulai dari terbentuknya organogenesis dan terbentuknya anggota gerak
(ekstremitas) sampai foetus lahir.
Tingkat
perkembangan foetus saat ini telah dapat mengekstraksi zat-zat makanan dari
sistem sirkulasi induk dengan perantara plasenta.
Estimasi
umur foetus dalam hari = 2,5 x (CRL cm + 21) atau
Estimasi umur foetus dalam bulan = √2xCRL inches. Penentuan umur fetus bisa dilakukan dengan metode CRL (Crown Length Rump). Menurut Toelihere (1985), gambar fetus sebagai berikut:
Estimasi umur foetus dalam bulan = √2xCRL inches. Penentuan umur fetus bisa dilakukan dengan metode CRL (Crown Length Rump). Menurut Toelihere (1985), gambar fetus sebagai berikut:
Keterangan : BCVRT = panjang keseluruhan fetus
C-R =
kepala- pangkal ekor
CVR =
curva kepala-pangkal ekor
VR =
panjang columna vertebralis
VRT =
panjang columna vertebralis dan ekor
Perkiraan umur fetus
menurut metode pengukuran CRL
Sapi
|
Domba
|
|||
No
|
Panjang
C-R (cm)
|
Umur
Fetus (bulan)
|
Panjang
C-R (cm)
|
Umur
Fetus
|
1
|
0,9
|
1
|
1
|
3
minggu
|
2
|
6-8
|
2
|
2
|
5
minggu
|
3
|
14-17
|
3
|
3
|
6
minggu
|
4
|
20
|
3,5
|
8
|
2
bulan
|
5
|
26
|
4
|
16
|
3
bulan
|
6
|
30
|
4,5
|
25
|
4
bulan
|
7
|
30-37
|
5
|
40-53
|
5
bulan
|
8
|
45
|
6
|
-
|
-
|
9
|
60
|
7
|
-
|
-
|
10
|
70-75
|
8
|
-
|
-
|
n 11
|
80-100
|
9
|
-
|
-
|
Foetus Domba umur 3,5- 4 bulan. Foetus Sapi umur 3,5 bulan.
Pada jenis hewan monotocus, foetus terletak pada punggungnya selama
kehidupannya intra uterin. Presentase anterior terjadi pada ruminansia;
kaki-kai depan foetus muncul lebi dahulu denganhidung diantaranya: kepela
melurus dan punggung foetus berkontak dengan sacrum induk. Presentase posterior
dengan kaki belakang terlebih dahulu keluar cukup sering pada sapi (5%) untuk
diaggap sebagai normal.
Pada kuda sebagian besar tubuh foetus terdapat di dalam korpus uteri,
sedangkan pada sapi di koruna uteri. Walaupun demikian foetu kuda beradaa pada
kedudukan yang sama pada foetus sapi. Pada babi pengeluaran foetus secara
individual dari kedua koruna uteri berlangsung teratur dan dimulai pada bagian
dekat cerviks.
Kriteria utama untuk menentukan umur foetus adalah waktu kopulasi dan
ovulasi atau berat dan panjang foetus, suatu pengukuran diambil dari ujung
hidung sampai kor melalui punggung pada suatu daratan sagital. Panjang kaki
atau kepala dipakai dalam penentuan umur foetus sapi . semua metode ini dapat
bervariasi karena waktu ovulasi yang tepat tidak dapat ditentukan, sedangkan
pengukuran berat dan panjang foetus tergantung pada bagian bangsa, strain, umur induk, ukuran litter dan musim
kelahiran.(Salisbury,1985)
Suatu metode ideal untuk menentukan umur foetus hendaknya berpatokan
pada diferensiasi dan perkembangan. Akan tetapi informasi ini tidak tersedia
untuk ternak mamalia. (Salisbury 1985)
Untuk pemeriksaan umur foetus sa di rumah-rumah potong setelah induknya
disembelih sering dan perlu dilakukan perkiraan umur masa kebuntingan dengan cara
visual atau pengamatan.
III. KESIMPULAN
1. Periode
fetus adalah interval antara umur kebuntingan 46 hari sampai lahir (280 hari).
2. Uterus
merupakan tempat pertumbuhan fetus. Uterus ternak yang tergolong mamalia
terdiri dari corpus (badan), serviks
(leher), dan dua tanduk atau cornua.
3. Untuk
mengetahui umur fetus bisa menggunakan metode CRL (Crown Rumpth Length). Metode
ini dengan cara mengukur panjang dari dahi sampai pangkal ekor.
4. Suatu metode ideal untuk menentukan umur foetus
hendaknya berpatokan pada diferensiasi dan perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
Frandson,
R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hafez,
E.S.E. 1974. Reproduction in Farm Animals.
Lea and Febiger. Philadelphia.
Hafez,
E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals.
6th ed. Lea and Febiger. Philadelphia.
Hunter,
R.F. 1981. Fisiologi dan Anatomi Organ
Reproduksi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nalbandov,
A.V. 1975. Fisiologi Reproduksi pada
Mamalia dan Unggas. UI Press. Jakarta.
Partodihardjo,
Soebadi. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan.
Penerbit Mutiara. Jakarta.
Roberts,
S.J. 1956. Veteriner Observation and
Genital Diseases. Edwards Brothers, inc, Ann Arbor. Michigan.
Salisbury,
G. W. 1985. Fisiologi Reproduksi dan
Iseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Samsudewa,
dkk. 2008. Uji Konsistensi, Akurasi dan Sensitivitas Deteksi Kebuntingan Ternak
DEEA GestDect pada Sapi. Animal Production Vol. 10 No. 1. Hlm: 12-15. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang.
Sumaryadi, Mas Yedi dkk. 2003. Ilmu Reproduksi Ternak.
Fapet Unsoed. Purwokerto
Toelihere,
Mozes. R. 1977. Fisiologi Reproduksi pada
Ternak. Angkasa. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar